Pages

perihal jodoh part 2


Kadang, dalam perjalanan hidup ini, kita sering berpikir tentang orang-orang yang pernah dekat dengan kita, yang pernah dijanjikan untuk menikah, tapi tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Ada juga yang lebih pahit, menikah dengan orang lain. Rasanya jahat banget ya, haha.

Kita sering menyenangkan diri dengan berpikir, "Ah, gw pasti dapat yang lebih baik." Nggak salah sih, tapi kalau dilihat dari dalil agama, pernah dengar kan bahwa Allah SWT bisa membolak-balikkan hati manusia? Nah, sebenarnya mungkin dia itu nggak berpaling dari kita karena kemauannya sendiri, tapi Allah SWT yang membuat dia berpaling. Kalau sudah begitu, apa yang bisa kita lakukan? Mungkin awalnya dia pantas dan layak buat kita menurut standar-Nya, tapi kemudian menjadi tidak pantas karena perbuatan kita sendiri—entah kita melakukan dosa atau kurang dalam menambah pahala.

Ada kalanya kita nggak paham kenapa seseorang yang kita anggap jodoh tiba-tiba menjauh. Kenapa dia berpaling? Kenapa kita nggak jadi sama dia? Sebenarnya, kita nggak harus selalu mengerti. Mungkin kalau kita paksain, ada sisi dari dia yang belum kita tahu dan ternyata nggak cocok. Yang tahu kita sebenarnya siapa? Ya, Allah SWT. Yang tahu dia sebenarnya juga Allah SWT. Jadi, percaya saja kalau kita dijauhkan, mungkin memang dia nggak pantas dan layak buat kita menurut standar-Nya.

Akhirnya, semuanya balik ke diri kita sendiri juga. Jodoh itu katanya cerminan, walau kadang bisa terbalik juga. Cerminan ini bisa dilihat dari segi ketakwaan. Kalau kita takwa, rajin ibadah, kemungkinan besar kita juga akan mendapatkan pasangan yang serupa. Tapi kalau sering berbuat dosa, ya, mungkin kita akan mendapatkan yang berdosa juga.

Ada juga yang melihat jodoh dari cerminan dunia—kualitas hidup kita di dunia. Kalau kita rajin olahraga, punya gaya hidup sehat, mengurus diri, terus-menerus meng-upgrade diri jadi lebih pintar, sopan, dan good looking, mungkin kita akan mendapatkan pasangan yang serupa. Tapi, sekali lagi, siapa yang tahu ketentuan-Nya?

Ada juga kasus di mana satu orang agamanya bagus banget, sementara pasangannya kurang. Atau yang satu bagus secara sosial tapi kurang dalam hal agama. Mereka tetap saling melengkapi, kan? Bukankah itu yang membuat manusia jadi lebih sempurna? Manusia yang utuh sempurna adalah ketika dia menemukan pasangan yang bisa mengisi kekurangannya. Nggak ada manusia yang sempurna sendiri—yang pantas sempurna dan sendiri cuma Allah SWT yang menciptakan kita.

Balik lagi ke topik inti, kita bisa berjodoh dengan siapa saja, tergantung usaha dan doa kita. Kita bisa memilih, tapi tentu dengan beberapa pengorbanan. Mungkin orang yang kita perjuangkan sekarang emosian, yaudah, kita yang ngalah jadi lebih sabar. Sabar itu kan usaha juga supaya perjuangan kita bisa berlanjut. Tapi ingat, jangan berjuang sendiri—itu capek, hahaha.

Ada juga yang akhirnya menikah dengan janda atau duda, ada yang umurnya jauh berbeda, ada yang orang tuanya kurang akrab, ada yang agamis menikah dengan mantan pemain "ena-ena." Semua itu adalah pilihan. Kalau nggak bisa menerima dan mengorbankan sisi-sisi itu, ya cari yang lain. Kita nggak dilarang untuk memilih, tapi jangan terlalu pemilih juga, hehe. Kenyamanan dalam hubungan itu penting, karena pada akhirnya itulah yang jadi tempat kita berpulang—tempat kita curhat tentang segala kepalsuan hidup yang harus kita jalani untuk terlihat normal.

Singkatnya, kalau kita udah nyaman sama seseorang, kita bisa jadi diri sendiri di depannya. Kita bisa curhat, ngobrol nyambung, dan nggak ada yang ditutup-tutupin. Kalau kita udah merasa nyaman dengan sikapnya, dan dia juga nyaman dengan kita, mungkin dia bisa dipertimbangkan untuk jadi partner hidup yang berlanjut ke pernikahan. Hehe.

ABDISR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar