Pages

Perihal Jodoh

Kali ini gw mau ngomongin soal jodoh. Seriusan, ini beneran isi kepala yang lagi panas-panasnya, jadi harus dikeluarin. Intinya, menurut gw, jodoh itu bukan sesuatu yang udah pasti dengan siapa kita berjodoh. Sebenernya, kita sendiri yang nentuin, dengan usaha, doa, dan ikhtiar.

Pembahasannya mungkin agak masuk ke ranah agama, jadi kalau ada yang salah, feel free buat koreksi di komentar. Terima kasih! Lanjut ya...

Jodoh Itu Usaha, Bukan Cuma Takdir

Perihal jodoh, gw percaya usaha, ikhtiar, dan doa itu harus jadi satu paket dalam mencarinya. Nggak bisa cuma doa doang, nggak bisa juga cuma usaha doang. Iya, gw tau, jodoh udah ada yang nentuin, tapi kita juga harus ngusahain, kan?

Ini yang namanya Qada. Qada itu takdir yang ditentuin berdasarkan usaha kita dalam menjemputnya. Sama kayak pekerjaan, ada yang nggak nyaman, ya cari yang nyaman. Gaji kecil? Cari yang lebih besar. Jodoh juga gitu, kalau nggak cocok, ya akhirnya ghosting, kan? Hehe.

Ngomong-ngomong soal ghosting, menurut gw ada dua jenis ghosting: ghosting sadar diri dan ghosting nggak tau diri.

Usaha dan Ketertarikan

Simplenya, kalau lo berusaha buat seseorang, jangan terlalu dikejar. Jangan sampai cuma lo yang berusaha, tapi orang yang lo incer nggak ngasih usaha balik. Kalau gitu, jangan dilanjut. Artinya, dia nggak ada ketertarikan sama lo, dan kalau lo terus-terusan ngejar, hati lo sendiri yang bakal sakit.

Balik lagi ke konsep Qada dan Qadar. Menurut Ahlusunnah wal Jamaah, ada dua istilah yang ngebahas soal ketentuan dan ketetapan Allah SWT, yaitu Qada dan Qadar.

Qada adalah ketentuan yang jumlahnya banyak banget dan belum terjadi. Besok lo bakal gimana, itu Qada-nya udah ada—bisa A, B, C, dan seterusnya.

Qadar adalah ketentuan yang udah terjadi. Di antara sekian banyak opsi, yang mana yang bakal kejadian, itu yang jadi takdir lo.

Ketentuan Allah ada yang paten (Mubram) dan nggak bisa diubah, kayak siapa orang tua lo, etnis, jenis kelamin, itu nggak bisa diganggu gugat. Tapi ada juga yang kondisional (Muallaq), yang bisa berubah karena usaha, ikhtiar, atau doa kita—misalnya kesehatan.

Jodoh dan Usaha

Soal jodoh, Ahlusunnah wal Jamaah meyakini bahwa manusia punya banyak opsi. Bisa berjodoh dengan A, B, C, atau bahkan nggak berjodoh sampai akhir hayat. Kita nggak pernah tau Qada ini, karena itu ketentuan Tuhan yang nggak kita ketahui.

Yang kita tau adalah ketika Qada jadi Qadar—saat udah terjadi, itulah takdir kita. Makanya, karena kita nggak tau Qada-nya, kita harus berusaha biar takdir kita baik. Usaha itu termasuk upaya, usaha, dan doa soal jodoh.

Menurut penelitian bodoh gw, nyari orang yang tepat itu ada tiga step: mulai dari diusahain, kalau berhasil lanjut ke tahap cocok-cocokan, kayak ngobrol nyambung, nyaman, dan kalau udah oke, ya didoain semoga dilancarin.

Kalau pas lagi berdoa, orang itu malah menjauh, ya udah ikhlasin. Gw yakin jodoh terbaik adalah yang tercatat di Lauhul Mahfudz. Tapi kalau lo masih yakin sama dia walaupun dijauhin, dan tetep berusaha sampai akhirnya menikah, ya itu pilihan lo.

Kadang, ujian dalam perjalanan menuju halal tuh banyak banget. Biasanya, ujian yang kita jalanin dan ngerasain itu sebagai ikhtiar, sementara ujian yang bener-bener bikin kita susah biasanya karena memang dipersulit. Contohnya, nggak ada duit sampai nyolong-nyolong kotak amal, hehe.

Pengalaman dan Harapan

Ngomong-ngomong soal jodoh, ada juga yang udah berumur tapi belum nemu jodohnya. Gw sih terserah mereka, karena kita nggak pernah tau perjalanan hidup atau masalah yang mereka hadapi. Jadi, jangan sembarangan ngejudge orang lain.

Sebagai penutup Part 1 soal jodoh ini, menurut gw, jodoh seharusnya adalah dia yang bisa menuntun kita ke jalan yang benar, yang selalu bikin kita lebih dekat dengan Allah. Karena hubungan pernikahan itu sejatinya buat seumur hidup.

Jadi, carilah orang yang bisa bikin hubungan kita dengan Allah jadi lebih baik. Karena tujuan hidup pada akhirnya adalah mempersiapkan diri untuk mati, menuju surganya Allah. Bener nggak? Comment deh, hehe.

ABDISR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar